Karya Pendamaian Allah
Karya Pendamaian Allah
Di atas Tabut terdapat sebuah tutup
yang disebut tutup pendamaian.
Tutup ini bukan sekadar penutup biasa, melainkan lambang kehadiran Allah yang
hadir di tengah umat-Nya. Di atasnya berdiri dua kerub, malaikat surgawi yang
berhadap-hadapan, dengan sayap terentang melindungi dan menaungi tutup itu.
Gambaran ini menghadirkan suasana yang kudus, agung, dan penuh wibawa.
Tutup pendamaian menjadi titik pusat
ibadah Israel, sebab di sanalah darah korban diteteskan pada Hari Pendamaian
sebagai tanda pengampunan dosa. Dua kerub yang menghadap ke bawah seakan
menekankan bahwa seluruh perhatian surgawi tertuju kepada karya pendamaian
Allah. Mereka tidak melihat ke luar atau ke sekitar, tetapi ke arah tutup pendamaian—sebuah simbol bahwa
inti dari hubungan manusia dengan Allah ada pada anugerah pendamaian-Nya.
Di atas tutup pendamaian, Allah memerintahkan agar dibuat patung dua
kerub dari emas murni. Mereka bukan sekadar hiasan, melainkan lambang yang kaya
makna. Sayap mereka terbentang ke atas, melindungi tutup itu, tanda bahwa
hadirat Allah dijaga oleh kekudusan surgawi. Wajah mereka saling berhadapan,
tetapi pandangan mereka tertuju ke bawah, tepat ke arah tutup pendamaian—yang menjadi lambang kasih karunia Allah
untuk manusia.
Renungan ini mengingatkan kita bahwa
Allah adalah kudus, namun Ia juga penuh kasih. Ia menyediakan jalan agar
manusia yang berdosa tetap bisa bersekutu dengan-Nya. Tutup pendamaian menunjuk
kepada Kristus, yang melalui salib-Nya menjadi tempat kita menemukan belas
kasihan dan damai dengan Allah. Dialah tutup
pendamaian yang sejati. Darah-Nya di salib menjadi jalan pendamaian
antara manusia dan Allah. Jika kerub saja mengarahkan pandangan ke sana, betapa
lebih lagi kita—umat yang ditebus—dipanggil untuk memusatkan hidup kepada
Kristus.
Kerub
itu bukan hiasan belaka. Mereka melambangkan sesuatu yang jauh lebih dalam:
hadirat Allah yang kudus dan agung. Tabut perjanjian itu bagaikan takhta-Nya di
bumi, dan kerub-kerub itu berdiri sebagai penjaga takhta ilahi. Dari sanalah
Allah berfirman, dari sanalah kasih karunia dan pengampunan dicurahkan.
Kerub-kerub itu mengajarkan bahwa seluruh perhatian kita pun seharusnya terarah
pada karya Kristus— dan bukan pada prestasi, kekuatan, atau usaha kita sendiri,
tetapi pada kasih karunia Allah yang dinyatakan melalui korban-Nya.
Jadi, saat kita merenungkan bagian ini,
mari kita melihat hidup kita sendiri: Saudara, apakah fokus hati kita sudah
tertuju pada Kristus sebagai
pendamaian? Seperti kerub yang mengarahkan pandangannya pada tutup
pendamaian, demikianlah hati dan pikiran kita harus senantiasa tertuju pada
kasih karunia Allah yang menyelamatkan. (FS)

Komentar
Posting Komentar