Semua Manusia Setara
Semua Manusia Setara
Saudara, dalam ayat ini diceritakan tentang seorang budak Ibrani yang setelah enam tahun masa kerja maka diperbolehkan bebas. Tetapi dia memilih untuk tetap melanjutkan dengan sukarela karena kasih kepada tuannya. Tindakan ini kemudian diresmikan dengan membawa budak itu ke hadapan para hakim sebagai saksi hukum. Setelah itu, telinganya ditusuk dengan penusuk di ambang pintu rumah tuannya sebagai simbol komitmen permanen. Tindakan menusuk telinga ini bukan tindakan kekerasan, melainkan lambang ikatan kasih dan loyalitas yang dipilih oleh seorang budak.
Seperti dalam renungan sebelumnya, perbudakan pada zaman Israel kuno sangat berbeda dari praktik eksploitasi manusia seperti perbudakan trans-Atlantik di masa kolonial. Di mana orang-orang dari Afrika ditangkap atau dibeli dan dijual sebagai budak dan dipaksa bekerja di ladang kapas, gula, dan tembakau tanpa upah dan tanpa kebebasan. Sedangkan dalam masyarakat Israel kuno yang hidup dalam sistem klan dan suku maka orang asing berisiko tinggi terlantar atau mati karena tidak memiliki tanah dan perlindungan. Oleh sebab itu, menjadi budak adalah bentuk penyelamatan terhadap orang asing. Dalam hukum Taurat, Allah mengatur agar budak diperlakukan dengan hormat dan diberi kebebasan setelah enam tahun bekerja. Status budak juga tidak menjadikan nilai seseorang lebih rendah justru menjamin keadilan, kasih, perlindungan dan bahkan menjadi bagian dari keluarga tuannya.
Saudara, dengan melihat bagaimana konteks masyarakat Israel saat itu maka perbudakan di dalam Alkitab tidak dapat disamakan dengan sistem penindasan modern. Kita diajak untuk memandang sesama sebagaimana Allah memandang kita yaitu dengan kasih dan penghormatan yang sama. Tidak ada manusia yang lebih tinggi atau lebih rendah di hadapan Allah. Prinsip ini menegaskan bahwa setiap orang memiliki martabat yang harus dijaga, karena semua diciptakan menurut gambar Allah. Maka, orang percaya harus menolak pandangan yang membedakan manusia berdasarkan latar belakang, kekayaan, atau jabatan. Marilah kita hidup dengan sikap hormat dan kasih terhadap setiap orang, serta mempraktekkan kasih dengan memperlakukan semua manusia secara adil dan setara.
Saudara,
apakah saudara memandang setiap orang sebagai pribadi yang bernilai sama, terlepas
dari status sosial atau latar belakang? Kiranya Tuhan menolong kita untuk
menyadari bahwa setiap orang berharga dan memiliki nilai yang sama di hadapan
Tuhan. Dan kiranya Roh Kudus membimbing kita untuk menghormati, mengasihi, dan
melayani sesama dengan tulus sebagaimana Tuhan mengasihi kita. (MS)

Komentar
Posting Komentar