Menjaga Lidah

Jumat, 18 Juli 2025
Menjaga Lidah 
Bacaan Alkitab : Keluaran 20 : 16



 

Saudara, ayat yang kita baca merupakan perintah ke sembilan dari sepuluh perintah yang Allah firmankan kepada bangsa Israel saat mereka berkemah di kaki Gunung Sinai. Perintah ini merupakan hukum moral yang menjadi dasar kehidupan rohani, sosial, dan hukum mereka. Secara langsung, larangan ini berkaitan dengan konteks pengadilan di mana kesaksian palsu dapat membawa akibat fatal seperti orang tak bersalah dapat dihukum mati atau warisannya dirampas. Namun, diluar proses hukum resmi, dalam budaya masyarakat saat itu mereka menempatkan kehormatan, reputasi dan nama baik seseorang sebagai harta yang sangat berharga. Ucapan fitnah atau kebohongan yang diucapkan di luar pengadilan pun dapat memecah relasi keluarga, menimbulkan permusuhan antar-suku, serta menggoyahkan tatanan sosial yang bergantung pada kepercayaan dan kata-kata yang diucapkan. Dalam masyarakat yang belum mengenal bukti forensik atau dokumen seperti sekarang maka perkataan seseorang menjadi penentu yang sangat penting sehingga perintah ini juga berfungsi menjaga integritas komunitas.

Bersaksi dusta yang dimaksud dalam ayat ini berarti seseorang yang secara sadar dan sengaja memberi kesaksian yang tidak sesuai kenyataan untuk merugikan orang lain. Tentu tindakan ini lebih dari sekadar berbohong karena secara sengaja merusak kebenaran dan keadilan. Dalam cara pandang Alkitab, kesaksian palsu bukan hanya pelanggaran etika sosial tetapi juga pengkhianatan terhadap sifat Allah. Allah yang adalah kebenaran memanggil umat-Nya untuk mencerminkan karakter-Nya yang adil dan benar. Bahkan dalam Amsal 6:16–19, saksi dusta disejajarkan dengan penumpah darah orang yang tidak bersalah. Tuhan Yesus pun menegaskan pentingnya integritas (Mat. 5:37). Ini berarti orang percaya seharusnya mengucapkan kebenaran sesuai fakta.

Saudara, prinsip dalam perintah Allah ini juga masih relevan dalam kehidupan kita sekarang. Di era media sosial dan komunikasi digital ini maka godaan untuk menyebarkan informasi yang tidak sesuai fakta menjadi lebih mudah. Seseorang dapat dengan mudah dan cepat menyebarluaskan suatu berita tanpa memeriksa kebenaran dibalik berita tersebut. Namun sebagai orang percaya kita dipanggil untuk menjadi saksi kebenaran, berhati-hati dengan apa yang diucapkan atau dibagikan di media sosial. Dengan menjaga perkataan maka kita tidak hanya melindungi reputasi sesama tetapi juga memuliakan Allah yang adalah sumber kebenaran itu sendiri. Mari kita menjadi belajar mendisiplin diri untuk mengucapkan kebenaran baik secara lisan ataupun postingan di media sosial.

Saudara, bagaimana perkataan atau postingan saya selama ini: sudahkah mencerminkan Allah yang adalah sumber kebenaran? Kiranya Tuhan memberikan kita hikmat untuk menahan diri dari ucapan yang sia-sia dan tidak sesuai dengan fakta. Kiranya Roh Kudus membimbing kita untuk menjadi saksi kebenaran Allah di mana pun juga. (MS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah