Kebebasan yang Ditetapkan Allah
Kebebasan yang Ditetapkan Allah
Saudara, hari ini dan beberapa hari berikutnya kita akan melihat peraturan tentang hak budak bangsa Ibrani. Memasuki pasal ini, mungkin saja kita bertanya, mengapa bangsa Israel yang pernah menjadi budak selama kurang lebih 400 tahun juga memperbudak sesamanya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu membedakan perbudakan pada timur dekat kuno dengan perbudakan khususnya pada abad 17-19. Perbudakan pada timur dekat kuno adalah sebuah sarana sosial yang digunakan untuk melindungi orang yang berasal dari suku (klan) yang kecil di dalam jumlah, hidup dalam kemiskinan atau terlilit utang, dll. Perlindungan ini mereka cari dari klan yang lebih besar dan kuat sehingga kehidupan mereka lebih terjamin.
Salah satu bagian menarik dari ayat-ayat di atas adalah perbudakan Israel akan berlangsung selama 6 tahun dan tuannya kemudian akan membebaskan dia pada tahun ke-7 dengan tidak membayar tebusan apa-apa. Pembebasan pada tahun ke-7 menunjukkan Allah menetapkan batasan agar setiap orang dapat memperoleh kebebasan dan tidak selamanya menjadi budak bagi sesamanya. Selain itu, Allah mengajarkan bangsa Israel untuk memperlakukan sesamanya dengan penuh kasih dan keadilan. Dengan cara tidak menjadikan sesamanya sebagai budak miliknya seumur hidup atau sarana untuk mengeksploitasi. Dengan demikian, tahun ke-7 merupakan masa anugerah yang ditetapkan Allah sehingga semua orang memperoleh keselamatan dan kebebasan.
Saudara, sama seperti masa pembebasan budak pada tahun ketujuh berarti bahwa ada batas dalam masa perbudakan. Demikian juga dalam kehidupan kita saat ini, terutama berhadapan dengan orang yang berhutang kepada kita. Utang tersebut bukan hanya dalam bentuk materi saja tetapi juga utang permintaan maaf dari seseorang yang telah menyakiti kita baik secara psikis maupun fisik. Mungkin kita berpikir bahwa kita berhak untuk melakukan pembalasan terhadapnya sama seperti orang tersebut telah menyakiti kita. Namun, pembacaan Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa ada batasan untuk kemarahan kita. Ingatlah bahwa sama seperti Allah telah mengampuni dosa-dosa kita maka kita pun seharusnya mengasihi sesama kita (termasuk orang-orang yang menyakiti kita) dengan kasih yang sama. Bebaskan mereka dengan kasih dan pengampunan yang telah Allah berikan kepada kita. Dan, hiduplah dalam damai sejahtera dan sukacita yang sejati.
Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru
saja kita dengar. Saudara, adakah kita belum membebaskan seseorang dari utang
seperti memberikan pengampunan kepadanya? Jika ada. Mari datanglah ke hadapan
Allah dan mintalah Ia untuk memberikan kemampuan kepada kita mengasihi orang
tersebut dengan cara membebaskannya dari kemarahan kita. Lalu, mintalah Allah
untuk melimpahi hati kita dengan damai dan sukacita-Nya senantiasa. (TH)

Komentar
Posting Komentar