Tentang Perkawinan

Jumat, 2 Desember 2022
Tentang Perkawinan
Bacaan Alkitab : 1 Korintus 7: 1-16

Paulus melanjutkan nasihatnya tentang dosa percabulan yang terjadi diantara kalangan jemaat Korintus dengan memberikan sebuah solusi yaitu pernikahan dengan sesama orang percaya. Matthew Henry seorang penafsir Alkitab menyebut pernikahan sebagai “kebijaksanaan ilahi” yang diberikan Paulus untuk dapat terhindar dari dosa percabulan. Tetapi, Paulus menyadari bahwa tidak semua orang dipanggil untuk menikah sebab sama seperti dirinya yang melajang dan melayani Tuhan. Jika ada diantara jemaat Korintus yang dipanggil untuk tidak menikah/melajang seperti dirinya selama mereka dapat menguasai diri maka hal itupun dipandang baik. 

Pernikahan dipandang baik oleh Paulus sebab pernikahan dalam Alkitab memiliki tiga keunikan yaitu: pertama, sarana yang Allah sediakan untuk prokreasi yaitu memiliki keturunan (Kej. 1: 26-27). Kedua, persekutuan/penyatuan/perikoresis seperti penyatuan antara Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ketiga, seperti yang dituliskan Paulus dalam ay. 10-14, Paulus yaitu bahwa pernikahan yang terjadi antara seorang laki-laki dan perempuan memiliki komitmen seumur hidup atau , “…apa yang disatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia…” (Mat. 19: 6). 

Dalam ay. 7-9, Paulus menuliskan juga tentang bahwa seseorang dapat memutuskan untuk melajang dan keadaan inipun dikatakan baik. Namun, pada bagian ini Paulus menekankan bahwa seseorang harus dapat memiliki penguasaan diri yang baik apabila memutuskan untuk melajang, sebab jika tidak maka akan jatuh dalam dosa hawa nafsu. Nasihat ini Paulus tunjukkan kepada orang-orang percaya di Korintus yang memutuskan untuk melajang/tidak menikah dan kepada janda serta duda. Paulus mengatakan keadaan melajang baik sebab sama seperti dirinya, seseorang yang melajang/tidak menikah dapat mencurahkan lebih banyak waktu, energi serta sumber daya (harta, keterampilan, dll) yang dimilikinya untuk fokus dalam melayani Tuhan dan jemaat-Nya. 

Saudara melalui perikop ini Paulus ingin menegaskan bahwa apapun keadaan kita saat ini baik menikah atau melajang, maka tetaplah bersyukur, hargai serta hormati sebab keadaan tersebut merupakan panggilan Allah bagi setiap kita. Ditengah dunia yang semakin tidak menghormati makna pernikahan sebab orang dengan mudah kawin-cerai sebab salah satunya karena perselingkuhan (percabulan). Atau juga semakin banyak orang yang menggunakan masa lajangnya untuk hidup berganti-ganti pasangan serta hidup dalam kecemaran dan dosa hawa nafsu. Maka, mari jadilah teladan dalam keadaanmu saat ini, baik mereka yang dipanggil Tuhan untuk menikah dan memiliki anak-anak maupun melajang atau tidak menikah. Hiduplah dalam kekudusan, penguasaan diri, serta muliakanlah Allah senantiasa.

Saudara, mari sejenak kita merenungkan Firman yang baru saja kita dengar. Saudara, bagaimana dengan saudara? Sudahkah memaknai keadaan kita saat ini (pernikahan/melajang) sebagai panggilan Allah bagi kita? Sehingga, seluruh kehidupan kita tetap mencerminkan Yesus dan menjadi teladan dalam segala hal. Marilah bersyukur atas keadaan kita dan hiduplah dalam kekudusan serta memuliakan Allah senantiasa. -Thelie Herlina-

Panggilan Allah dalam Kehidupan Kita adalah Untuk Memuliakan Nama-Nya
Disetiap Keadaan (Menikah/Melajang) dalam Kehidupan Kita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gembalakanlah Kawanan Domba Allah

Abram dan Lot Berpisah (2)

Penutup