Tidak Hanya Jabatan, Tapi Tanggung Jawab
Tidak Hanya Jabatan, Tapi Tanggung Jawab
Bacaan Alkitab : Keluaran 28:12-14
Pada bagian ini, dua batu permata
diletakkan di atas bahu efod, masing-masing diukir dengan nama suku Israel.
Artinya, setiap kali Harun melayani, ia memikul nama seluruh umat Allah di atas
bahunya di hadapan Tuhan. Ini menjadi simbol tanggung jawab seorang pemimpin
rohani, bahwa ia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, tetapi juga mewakili
seluruh umat yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Bahunya, tempat batu permata
itu diletakkan, melambangkan beban tanggung jawab. Setiap pemimpin, pelayan,
atau orang percaya yang dipanggil untuk melayani Tuhan, dipanggil juga untuk
menanggung sesamanya dengan kasih, doa, dan pengorbanan.
Tanggung jawab sering kali lebih berat
daripada yang terlihat. Bagi Harun, memakai efod bukan hanya soal tampil megah
di hadapan umat, tetapi tentang mengingat siapa yang ia layani dan siapa yang
ia wakili. Nama-nama suku di atas batu itu mengingatkannya bahwa setiap
keputusan, setiap doa, dan setiap pelayanan harus dilakukan dengan kesadaran
bahwa, “aku membawa umat Allah
di hadapan-Nya”. Demikian
juga kita, entah sebagai pemimpin keluarga, pelayan gereja, guru, atau pekerja,
kita dipanggil untuk memikul tanggung jawab dengan kesadaran yang sama. Kita
tidak hidup hanya untuk diri sendiri. Kita membawa nama orang lain yaitu
keluarga, gereja, bahkan nama Kristus dalam setiap tindakan kita.
Oleh sebab itu, tanggung jawab bukan
sekadar tugas administratif, tetapi panggilan untuk menjadi teladan dan penopang bagi mereka yang kita pimpin. Seorang
pemimpin sejati bukan yang mencari kehormatan, tetapi yang siap menanggung
beban demi kebaikan banyak orang. Ketika pemimpin berdoa, ia membawa umatnya di
dalam doa. Ketika ia berjalan, langkahnya menentukan arah bagi orang lain.
Karena itu, tanggung jawab kepemimpinan adalah sebuah panggilan untuk terus
hidup dalam kesadaran akan dampak dan teladan yang diberikan.
Dan di atas semua itu, tanggung jawab
seorang pemimpin rohani harus selalu dihubungkan dengan hati yang takut akan
Tuhan. Sebab hanya dengan menyadari bahwa kita bertanggung jawab di hadapan
Allah, kita dapat memimpin dengan rendah hati, adil, dan penuh kasih. Bahu yang
memikul tanggung jawab tidak akan roboh jika disandarkan pada kekuatan Tuhan.
Maka, marilah kita memikul tanggung jawab kita bukan dengan keluhan, tetapi
dengan kesetiaan. Sebab di setiap bahu yang rela memikul beban, Allah sedang
membentuk hati seorang pemimpin sejati.
Saudara, apakah kita sudah menjalankan
peran kita dengan kesadaran bahwa kita membawa nama orang lain dan nama
Kristus? Kiranya setiap langkah
pelayanan kita menjadi kesaksian yang memuliakan Dia yang telah mempercayakan
tanggung jawab itu kepada kita. Amin. (RT)

Komentar
Posting Komentar