Tidak Hanya Jabatan, Tapi Tanggung Jawab

Sabtu, 1 November 2025
Tidak Hanya Jabatan, Tapi Tanggung Jawab

Bacaan Alkitab : Keluaran 28:12-14


 

Pada bagian ini, dua batu permata diletakkan di atas bahu efod, masing-masing diukir dengan nama suku Israel. Artinya, setiap kali Harun melayani, ia memikul nama seluruh umat Allah di atas bahunya di hadapan Tuhan. Ini menjadi simbol tanggung jawab seorang pemimpin rohani, bahwa ia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, tetapi juga mewakili seluruh umat yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Bahunya, tempat batu permata itu diletakkan, melambangkan beban tanggung jawab. Setiap pemimpin, pelayan, atau orang percaya yang dipanggil untuk melayani Tuhan, dipanggil juga untuk menanggung sesamanya dengan kasih, doa, dan pengorbanan.

Tanggung jawab sering kali lebih berat daripada yang terlihat. Bagi Harun, memakai efod bukan hanya soal tampil megah di hadapan umat, tetapi tentang mengingat siapa yang ia layani dan siapa yang ia wakili. Nama-nama suku di atas batu itu mengingatkannya bahwa setiap keputusan, setiap doa, dan setiap pelayanan harus dilakukan dengan kesadaran bahwa, “aku membawa umat Allah di hadapan-Nya”. Demikian juga kita, entah sebagai pemimpin keluarga, pelayan gereja, guru, atau pekerja, kita dipanggil untuk memikul tanggung jawab dengan kesadaran yang sama. Kita tidak hidup hanya untuk diri sendiri. Kita membawa nama orang lain yaitu keluarga, gereja, bahkan nama Kristus dalam setiap tindakan kita.

Oleh sebab itu, tanggung jawab bukan sekadar tugas administratif, tetapi panggilan untuk menjadi teladan dan penopang bagi mereka yang kita pimpin. Seorang pemimpin sejati bukan yang mencari kehormatan, tetapi yang siap menanggung beban demi kebaikan banyak orang. Ketika pemimpin berdoa, ia membawa umatnya di dalam doa. Ketika ia berjalan, langkahnya menentukan arah bagi orang lain. Karena itu, tanggung jawab kepemimpinan adalah sebuah panggilan untuk terus hidup dalam kesadaran akan dampak dan teladan yang diberikan.

Dan di atas semua itu, tanggung jawab seorang pemimpin rohani harus selalu dihubungkan dengan hati yang takut akan Tuhan. Sebab hanya dengan menyadari bahwa kita bertanggung jawab di hadapan Allah, kita dapat memimpin dengan rendah hati, adil, dan penuh kasih. Bahu yang memikul tanggung jawab tidak akan roboh jika disandarkan pada kekuatan Tuhan. Maka, marilah kita memikul tanggung jawab kita bukan dengan keluhan, tetapi dengan kesetiaan. Sebab di setiap bahu yang rela memikul beban, Allah sedang membentuk hati seorang pemimpin sejati.

Saudara, apakah kita sudah menjalankan peran kita dengan kesadaran bahwa kita membawa nama orang lain dan nama Kristus? Kiranya setiap langkah pelayanan kita menjadi kesaksian yang memuliakan Dia yang telah mempercayakan tanggung jawab itu kepada kita. Amin. (RT)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup sesuai Kehendak Allah

Menghormati Allah dalam Penderitaan

Pengalaman Rohani Bersama Allah